Sunday, February 19, 2012

Curhat Risma Nilawaty Mantan Istri Ferry Maryadi

Kabar Terbaru Risma Nilawaty Mantan Istri Ferry Maryadi Curhat Saat pernikahan Ferry Maryadi, mantan suaminya ramai diberitakan infotainment, Risma Nilawaty harus pandai-pandai menjawab pertanyaan anaknya.

“Ayah mau menikah? Benar, Ayah mau menikah?” pertanyaan ini terlontar dari bibir Leya (5), ketika melihat infotainment memberitakan rencana pernikahan ayahnya, Ferry Maryadi (37) dengan Deswita Maharani (31). Risma Nilawaty (mantan istri Ferry-red) terkejut. Ini bukan episode tersulit dalam perjalanan rumah tangganya. Tentu masa menjelang perceraian dengan Ferry terasa lebih berat. Leya masih bayi saat rumah tangganya di ambang kehancuran. Janji, kesetiaan, yang diharapkan dari figur seorang laki-laki, tak seindah ucapan di masa pacaran. April 2009, perceraian diresmikan. Leya satu-satunya kekuatan Risma. Namun luka tak mudah hilang.

Butuh waktu bertahun-tahun menepis trauma. Khususnya memulihkan kepercayaan kepada laki-laki.

Pertemuan pertama Ferry dan Risma terjadi di kawasan Tenda Semanggi, Jakarta, pada 2002. Tujuh bulan saling mengenal, Risma, yang saat itu masih berusia 18 tahun, dipinang Ferry. "Sejak mengenal Risma, saya merasa dia perempuan yang selama ini saya cari. Dalam dirinya saya menemukan banyak keistimewaan,” ucap Ferry. Dan pernikahan Ferry-Risma pun berlangsung pada 20 Maret 2003.

Kata-kata manis tinggal sebatas bibir. Pada 2007, rumah tangga yang mereka bina mulai goyah. Masih terekam dalam catatan kami, isu perselingkuhan mewarnai keretakan rumah tangga mereka. Saat itu Ferry tengah populer lewat serial Ngelenong Nyok. Tempat dia bertemu dengan Deswita Maharani.Selanjutnya, kita sudah tahu, Ferry dan Deswita menikah dua pekan lalu.

Kok, Tante Tidur dengan Ayah?
Bagaimana dengan kehidupan Risma sekarang? Sekelumit curhat disampaikan Senin (6/2) lalu. “Sekarang saya tetap syuting, sambil mengurus anak, mengantar sekolah, les. Namanya single mother, harus, dong giat bekerja. Ya, saya dan Ferry masih berbagi. Tapi, kan tetap enggak sama seperti dulu,” ungkap Risma. Berperan dalam Awas Ada Sule 2, syuting film I Need You Sule, dan menjadi bintang tamu dalam beberapa acara, aktivitas yang ditekuninya. Syuting siang hingga subuh, tak menghalanginya mengantar anak ke sekolah setiap pagi.

Berhubung lokasi syuting Awas Ada Sule dekat rumah, bila ada break, dia pasti pulang, menemani Leya yang kini duduk di bangku TK itu tidur siang atau main. “Dari kecil dia dekat banget dengan saya. Jadi setiap saya antar ke sekolah, dia selalu bilang, ‘Bunda, nanti peluk, ya. Sepuluh menit saja,’” Risma menggambarkan kedekatannya dengan Leya. Sejak usia 2-3 tahun, di masa-masa tersulit dalam rumah tangganya, Leya sudah bisa menghibur, hanya dengan memeluk ibunya di saat menangis.

“Kangen dengan ayahnya, sih pasti. Tapi, kan dia juga masih sering bertemu ayahnya. Seminggu bisa berapa kali. Memang sudah komitmen kami berdua, jangan sampai Leya merasakan perbedaan yang terlalu jauh dengan teman-temannya yang lain, tentang orangtuanya,” bilang Risma. “Kami menjelaskan apa adanya dengan bahasa sederhana. Bahwa ayah-bundanya enggak tinggal bersama-sama lagi. Tapi kalau Leya mau jalan-jalan bareng bunda dan ayahnya, kami akan ada untuk dia,” jelas Risma.

Namun seiring pertambahan usia Leya, tidak semua hal bisa disembunyikan lagi. “Saya enggak tahu apa ayahnya memberi tahu atau enggak, waktu mau menikah. Karena saya juga enggak diundang. Tapi enggak sengaja dia melihat di TV, waktu mau berangkat ke sekolah. Saya lagi menyiapkan sarapan. Tiba-tiba dia menceletuk: ‘Ayah mau menikah? Benar, nih Ayah menikah?’ Dia ngomong sendiri. Kepada saya, sih dia enggak ngomong apa-apa. Lalu dia bertanya kepada ayahnya. Pada akhirnya dia tahu sendiri. Tapi dia enggak pernah menyinggungnya kepada saya, dari kecil dia seolah mengerti perasaan saya.” ungkap Risma.

Risma juga berusaha menjaga perasaan anaknya. “Saat dia akan menginap di rumah ayahnya, saya paham, dia akan bertanya: ‘Kenapa, kok tante ini (Deswita) tidur dengan Ayah?’ Jadi, kemarin setelah mereka menikah, Leya dibawa untuk menginap. Saya beri tahu: ‘Leya, nanti ingat, kalau kamu menginap, ada Tante,’” bilang Risma.
“Kok begitu, Ma?” protes Leya.
“Iya, karena Ayah sudah menikah.”
“Enggak mau, ah. Aku maunya berdua ayah saja.” Tapi Risma tetap menjelaskan, kini ayahnya sudah menikah lagi.

Trauma Bertahun-tahun

“Saya sangat berhati-hati. Sangat menjaga perasaannya dia. Dia penyemangat hidup saya. Kalau enggak ada Leya, enggak tahu apa saya bisa bertahan sampai saat ini. Dia yang menghibur saya di masa-masa berat dulu. Dia hanya memeluk, mengelus saya, tapi rasanya sudah lebih dari cukup,” ujar Risma. Berat, kacau, depresi, itu yang dirasakan sebelum perceraiannya pada 2009. “Saat bercerai, enggak ada apa-apanya. Justru sebelumnya. Usia saya baru 23 tahun, baru melahirkan Leya (18 November 2006), mengurus anak sendiri. Lalu datang masalah rumah tangga. Itu masa terberat saya,” ungkapnya.

Tak ada kata-kata lagi yang cukup menggambarkan, betapa kacau dirinya saat itu. “Saya berseru: Ya Allah, kenapa? Allah berjanji, mintalah, maka akan dikabulkan. Saya hanya minta rumah tangga saya bisa baik lagi. Kok enggak dikabulkan? Sempat ada rasa kecewa. Sampai pada titik pasrah. Selesai salat, saya enggak ngomong apa-apa lagi, duduk di atas sajadah, menangis. Hanya menangis.” Saat itu ia menyadari, inilah jalan yang sudah digariskan Allah. “Dari situ saya dapat kekuatan, saya harus bangkit. Ada Leya. Saya enggak bisa terpuruk terus. Apa yang terjadi, terjadilah.” Ketika kata cerai terlontar, ia sudah ikhlas. Malah keduanya berunding, siapa yang mau mengajukan gugatan. Akhirnya, waktu itu Ferry yang mengajukan.

Puncak kesedihan sudah lewat sebelum perceraian terjadi. Namun jangan tanya, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk memulihkan hati. “Pulihnya tahunan. Sampai satu tahun lalu saya masih trauma. Melihat orang atau teman artis melangsungkan akad nikah di TV, saya bisa menangis. Saya masih merasa, yang namanya akad nikah itu sakral. Kok, pernikahan saya bisa hancur juga? Hadir ke pernikahan saudara, saya bisa gemetaran, gelisah,” jelas Risma.

Baru beberapa bulan terakhir ini, ia lebih tegar. Sudah membuka hati dan membuka kehidupan percintaannya lagi. Itu pun tak berarti sudah lepas dari semua trauma. “Sempat ada rasa susah untuk percaya. Karena pernah merasakan sakit yang amat sangat. Saya sudah berpacaran setahun dengan pacar saya sekarang. Saat dia bilang serius dan mau menikah, saya rasanya, bagaimana, ya? Saya bilang nanti dulu, ah. Saya masih merasa, dulu waktu pacaran dengan Ferry juga baik-baik saja, dia dulu juga baik banget. Setelah menikah?” ungkap Risma.

Terus seperti ini juga tidak baik, pikir Risma. Pelan-pelan, ia memacu diri untuk bisa memercayai laki-laki lagi. “Mau sampai kapan?” ujarnya. Pria di sampingnya kini butuh masa depan juga, Leya juga butuh sosok ayah, apalagi dia menginginkan adik lagi.