Friday, January 13, 2012
Mahasiswa Terancam Hukum Mati Menghina Presiden
Pria yang tengah mengambil kuliah doktoral ini didakwa secara in absentia karena menghina pengadilan di Ibu Kota Dhaka, Bangladesh pekan lalu. Dia divonis enam bulan penjara karena tidak muncul di pengadilan.
Karena tidak hadir dalam persidangan, Minggu (8/1), pengadilan menginstruksikan kepolisian untuk mempersiapkan tuduhan penghasutan terhadap diri Khandaker pada 15 Januari 2012. Hal ini menunjukkan niat pengadilan untuk menangani kasus tersebut dengan cepat.
Masa berlaku visa pelajar mahasiswa doktoral dan pengajar di Fakultas Teknik Elektro dan Komputer di Curtin University ini akan berakhir pada Juni 2013. Mengingat kasus yang tengah membelitnya, Khandaker hanya punya sedikit pilihan termasuk mengajukan permohonan perlindungan visa.
“Saya khawatir pemerintah ingin menjadikan saya sebagai contoh untuk menghentikan warga Bangladesh lainnya mengkritik pemerintah," kata Khandaker seperti dikutip dari The Australian, Rabu (11/1/2012).
“Saya telah berbicara dengan Departemen Imigrasi Australia dan mereka mengatakan akan menelaah masalah ini dan menunggu hingga tenang. Tapi masalahnya hal ini tidak akan tenang karena mereka sangat agresif,” jelas mahasiswa usia 29 tahun ini.
Khandaker mengatakan, saat ini kondisinya sangat berbahaya. Banyak pihak yang menyarankannya agar tidak kembali ke Bangladesh demi keselamatan dirinya. Apalagi sesuai hukum Bangladesh, Khandaker tidak dapat menunjuk pengacara sebagai kuasa hukum, kecuali dia muncul untuk pertama kalinya di pengadilan.
Khandaker menuai masalah setelah memuat komentar di dinding akun Facebook-nya pada Agustus lalu. Namun sayangnya komentar tersebut bocor ke media. Di akun Facebook-nya, Khandaker menangisi kematian pelaku film Bangladesh, Tareq Masud yang mengalami kecelakaan mobil. Dia mengutuk pemerintah karena diduga mengeluarkan ribuan lisensi untuk mengemudi yang tidak memenuhi syarat.
“Tareq Masud meninggal akibat pemerintah memberikan lisensi untuk mengemudi yang tidak memenuhi syarat. Banyak orang yang mati, mengapa Sheikh Hasina juga tidak mati?” demikian pernyataan pengadilan Bangladesh.
Khandaker mengaku menulis hal ini setelah membaca komentar dari situs jejaring sosoial lainnya dan kemudian memotong dan menempelkan di dinding Facebook-nya untuk menunjukkan kemarahan atas kematian Masud.