Tuesday, July 19, 2011

Google+, Proyek Ambisius Sang Raksasa

Raksasa mesin pencari di dunia maya, Google Inc, akhirnya merilis proyek jejaring sosial berskala raksasa bernama Google+ 28 Juni lalu.

Dikembangkan dengan nama proyek “Emerald Sea”, proyek rahasia ini sendiri memakan waktu satu tahun lebih dan dipimpin oleh Google Senior VP of Social, Vic Gundotra dan Google VP Product of Google Apps, Bradley Horowitz serta diperkirakan menelan biaya sekitar 585 juta dollar.

Google lebih memilih untuk menyebut Google+ (yang disingkat dengan “G+”) sebagai proyek dibandingkan sebagai produk, aplikasi ataupun strategi. Menurut kedua eksekutif ini, alasannya adalah bahwa G+ merupakan ekspansi dari Google itu sendiri dan layanan Google di masa yang akan datang akan selalu diintegrasikan kepada G+.

Pada tahap awal, proyek yang masih dalam versi “field trial” ini hanya bisa dinikmati oleh kalangan terbatas yang menerima undangan dari Google di mana para pengguna tersebut bisa mengirimkan undangan ke beberapa calon pengguna lain melalui email.

Horowitz menegaskan bahwa versi ini ditujukan untuk menguji G+ di pasar serta memperoleh masukan yang lebih banyak dari para pengguna/publik. Selain itu, Google kemungkinan akan membuka dan menutup undangan serta akses login ke G+ pada waktu tertentu.
Sambutan Hangat

Sepak terjang Google di ranah media sosial sebenarnya telah dimulai saat Google Wave, Orkut dan Google Buzz diluncurkan beberapa tahun lalu. Hanya saja ketiganya tidak memperoleh reaksi dan sambutan yang positif dan menggembirakan di pasar. Di sisi lain, peluncuran proyek ini disambut gembira oleh mayoritas Googlist yang berjumlah sekitar 300 juta lebih pengguna.

Beberapa minggu ke depan, terkait dengan layanan Google lainnya yaitu layanan blogging platform Blogger.com dan layanan foto Picasa akan segera diintegrasikan dengan G+. Secara tidak langsung, konsekuensinya adalah bahwa kedua layanan tersebut akan berganti nama menjadi Google Blogs dan Google Photos.

Tak pelak lagi, dengan hadirnya G+, suasana persaingan memperebutkan ranah jejaring sosial menjadi semakin hangat. Minggu ini Facebook bekerjasama dengan Skype meluncurkan fitur video chat sehingga 750 juta penggunanya di seluruh dunia dapat melakukan video chat baik one-to-one maupun berkelompok. Fitur ini ditengarai merupakan “jawaban” Facebook atas fitur Hangouts di G+.

Meskipun demikian, Eric Schmidt selaku Google Executive Chairman, menyatakan bahwa Google akan berusaha terus menerus untuk bekerjasama dengan Facebook dan juga Twitter terutama dalam hal integrasi antar platform jejaring sosial.

Dilansir dari situs blog resmi Google, alasan utama yang mendasari lahirnya proyek ini adalah bahwa secara material maupun substansial, platform jejaring sosial yang ada sekarang membuat persahabatan menjadi serupa dengan makanan cepat saji dimana mayoritas pengguna ingin memperoleh sahabat/teman sebanyak mungkin sehingga berbagi menjadi hal yang sulit dan tidak nyaman.

Fitur Intuitif

Menurut Google, media sosial seharusnya bisa lebih intuitif dan menawarkan kenyamanan dengan cara menghubungkan para pengguna ke beberapa pengguna lain pada suatu waktu tertentu namun para pengguna tetap dapat membaca stream dari semua pengguna lain kapan saja mereka menginginkannya.

Untuk mewujudkan hal ini, G+ memiliki fitur bernama “Circle”. Dengan Circle, pengguna dapat mengelompokkan pengguna lain ke dalam satu atau beberapa Circle. Yang menjadi dasar pengelompokkan adalah kriteria tertentu seperti interest, grup, pertemanan, keluarga, mailing list, perusahaan dan lain sebagainya.

Saat akan melakukan posting content, pengguna dapat memilih Circle mana saja yang akan menerima content tersebut. Selain Circle, pengguna individual juga dapat dipilih. Intinya adalah konten tertentu untuk pengguna tertentu.

Harapan beberapa pengguna terhadap Circle adalah adanya otorisasi ketika mereka ditambahkan oleh pengguna lain ke dalam Circle-nya.

Sementara itu kita tentunya tidak akan menerima stream, yang di Facebook dikenal sebagai Feed, dari pengguna lain yang tidak berada di dalam circle kita kecuali kita menginginkannya dengan cara menggunakan fitur “notifications”.

Jika di Facebook kita mengenai adanya fitur “Like” maka di G+ terdapat fitur bernama “+1”.

Tampilan antar muka G+ sendiri cukup menawan. Kesan awal: “bersih”, minimalis dan intuitif. Ditandai dengan adanya toolbar khas berwarna hitam pada bagian teratas yang dikenal dengan nama “Sandbar”, toolbar ini menyatukan semua layanan yang disediakan oleh Google seperti Gmail, Calendar, Documents, Photo, Reader, Web dan layanan lainnya. Sentralisasi pada Sandbar ini tentunya memudahkan pengguna untuk mengakses layanan yang diinginkan.

Apabila pengguna ingin berinteraksi dengan pengguna lain berdasarkan interest yang sama, mereka bisa menggunakan “Sparks”. Grup dapat dibuat untuk mengelompokkan pengguna berdasarkan interest yang sama. Engine akan menyampaikan informasi dari berbagai situs web sesuai dengan interest yang diinginkan serta mendukung lebih dari 40 bahasa.

Fitur lain adalah “Hangouts” yang akan digunakan untuk teleconference. Pengguna dapat melakukan video chat dengan para plusser, sebutan bagi para pengguna G+. Video chat ini bisa dilakukan via browser komputer dan digunakan oleh maksimal 10 user pada saat yang bersamaan.

Berbagi informasi seputar lokasi pengguna dimungkinkan dengan menggunakan fitur Location. Fitur yang terintegrasi dengan layanan Google Maps ini sifatnya opsional sehingga dapat diaktivasi maupun dinonaktifkan saat pengguna melakukan posting content.

Privasi dan Backup Data
Dari sisi privasi, pengguna dapat mengontrol siapa saja yang dapat melihat profil dirinya dan stream serta profil diri dan stream mana saja yang dapat ditampilkan.

Google menegaskan bahwa mereka tidak akan memperlihatkan nama Circle yang dimiliki oleh para penggunanya meskipun pengguna tersebut merupakan anggota salah satu Circle milik pengguna lain.

Sehubungan dengan hal ini, pengguna yang baru saja bergabung dengan G+ mungkin perlu untuk merubah setting notifikasi. Setting ini diperlukan untuk mengontrol notifikasi apa saja yang akan dikirimkan ke akun emailnya. Jika tidak, akun Gmail pengguna akan dibanjiri oleh notifikasi tersebut.

Menjawab kebutuhan para pengguna jejaring sosial akan perlunya back-up atas semua content yang sudah diunggah, Google menyediakan layanan Google Takeout untuk mengunduh seluruh data dan content, tidak hanya di G+, namun juga di layanan Google lainnya seperti Google Profile, Picnik, Google Stream, Google Talk serta Google Buzz.

Apabila memutuskan untuk tidak lagi menjadi pengguna, profil dan seluruh content di G+ dapat dihapus namun pengguna tetap dapat mengakses Gmail dan layanan Google lainnya.

Google+ Mobile

Layanan G+ sudah bisa dinikmati oleh para pengguna Android dengan cara mengunduh aplikasinya di Android Market. Sistem operasi Android yang dibutuhkan adalah minimal versi 1.5.

Pada aplikasi tersebut disediakan fasilitas group chat bernama “Huddle” yang dilengkapi dengan fitur location tagging dan mengunggah foto.

Selain itu terdapat fitur “Instant Upload” yang berguna untuk mempecepat proses unggah foto setelah foto diambil dengan perangkat bergerak yang dimiliki.

Bagi pengguna iDevices, bisa bersabar. Aplikasi G+ untuk iOS akan diluncurkan dalam waktu dekat. Dari informasi terakhir yang diperoleh, aplikasi ini sudah dikirimkan ke AppStore untuk diverifikasi dan memperoleh approval.

Situs mobile G+ di m.google.com/app/plus dapat diakses oleh para pengguna perangkat bergerak, perangkat genggam dan ponsel cerdas dengan sistem operasi tertentu termasuk sistem operasi Windows Mobile dan Symbian. Untuk sistem operasi iOS dibutuhkan minimal versi 3.x dan untuk BlackBerry OS minimal versi 6.0.

Undangan

Bagi yang tertarik untuk menggunakan G+, bisa melakukan pendaftaran di situs web G+ untuk memperoleh undangannya. Syaratnya adalah menggunakan akun email Gmail dan diharapkan bersabar untuk menunggu.

Untuk yang sudah menggunakan, jika ingin mengundang rekan lain untuk bergabung, bisa memanfaatkan tautan pada bagian Send Invitations.

Bagi para pengguna awal G+, apakah anda (mulai) menyukai proyek ini?